InfrastrukturRegional
Pak, Tolong Bangun Jembatan! Anak Kami Mau Sekolah
Akibat ketiadaan jembatan penyeberangan, puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) di Desa Nahula Julu, Kecamatan Dolok Sigompulon, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) nekat menyeberangi derasnya arus sungai Nahula yang meluap demi menuntut ilmu di sekolah.
Para siswa di Desa Nahula Julu yang berangkat ke sekolah harus nekat menyeberangi arus sungai yang meluap pasca curah hujan tinggi yang melanda wilayah Paluta beberapa hari terakhir ini.
“Akibat ketiadaan jembatan penyeberangan, anak-anak kami harus nekat menyeberangi derasnya sungai Nahula yang meluap dengan menggunakan ban yang dijadikan pelampung dan ditarik pakai tali supaya bisa tiba di sekolah,” ungkap A Ritonga salah seorang orangtua siswa kepada wartawan, Kamis (25/10).
Dijelaskannya, kondisi ini sudah lama dialami warga Desa Nahula Julu dan hingga kini belum ada tanggapan Pemerintah Kabupaten Paluta. “Kondisi seperti ini sudah sejak awal adanya kampung kami disini, anak sekolah maupun warga setiap hari menyeberangi sungai ini. Kami bertaruh nyawa menyeberangi sungai dan tidak ada pilihan lain,” ucapnya.
Hal senada disampaikan warga lainnya Umar Rambe. Kondisi sungai Nahula yang sering meluap membuat warga dan siswa yang bersekolah dari desa Nahula Julu harus rela basah-basahan bahkan mengancam keselamatan jika ingin melintas di sungai tersebut.
Katanya, untuk menjaga keamanan anak-anak mereka saat menyeberangi sungai, mereka para orangtua harus mendampingi anaknya menyeberang saat pergi dan pulang sekolah yang hanya menggunakan ban pelampung. Selain itu hujan yang terus turun dan melupnya sungai Nahula ini dalam beberapa hari terakhir membuat warga setempat sulit mengakses jalan untuk beraktivitas, pasalnya dengan melintasi sungai Nahula merupakan jalur utama warga keluar-masuk desa.
“Sungai Nahula ini merupakan jalur utama masuk dan keluar desa. Kalau tidak hujan airnya dangkal, dan bila musim penghujan airnya meluap dan tidak bisa seberangi, ” ungkapnya.
Dijelaskannya, warga sangat berharap kepada Pemkab Paluta supaya segera memperhatikan kampung mereka yang berjumlah 150 kepala keluarga dengan membangun jembatan penyeberangan agar akses aktivitas warga sehari-hari dapat berjakan aman dan lancar.
“Apabila jembatan penyeberangan tidak dibangun oleh pemerintah, maka anak-anak kami kesulitan menuntut ilmu ke sekolah yang berada di seberang sungai dan mereka terancam gagal untuk menggapai cita-citanya. Selain itu, juga sangat berdampak pada hasil pertanian dan kebun warga yang kerap tidak terjual karena akses jalan menuju pasar terasa sulit akibat sungai meluap,” pungkasnya.