Ekonomi

Ribuan Petani Kentang di Samosir Resah, Tanaman Tak Tumbuh Malah Busuk

Sihar Sitorus Center Minta Dinas Pertanian, Balai Karantina Benih, Segera Turun Memeriksa. Ada Apa ?

KawalSumut.Com – Ketua Umum Sihar Sitorus Center (SSC) Charles Panjaitan, mengaku sangat prihatin dengan nasib ribuan petani kentang di Kabupaten Samosir, khsususnya di daerah Tele, yang resah dan gelisah akibat tanaman kentang mereka tanam tak kunjung tumbuh, dan malah busuk di dalam tanah.

“Udah tiga kali datang bibitnya. Yang pertama datang dari Kanada, tumbuh. Yang kedua dan ketiga datang dari Skotlandia. Tak kunjung tumbuh, dan malah busuk di dalam tanah,” kata Charles, kepada pres Sabtu 11 Juli 2020, setelah mendapat paparan terkait permasalahan itu dari beberapa petani kentang tersebut.

Ditambahkan Charles, kentang yang ditanam petani itu ada 20 ton yang udah pasti gagal panen. Selanjutnya yang 30 ton yang termin ketiga, ada yang sudah ditanam tapi belum semua, yang sudah ditanam itu tak tumbuh juga, warga khawatir jangan2 tidak tumbuhnya kentang itu, karena bibitnya sudah terkena virus dari asalnya di Skotlandia sana. Karena ada kejadian serupa pernah terjadi di Semarang,” kata Charles Panjaitan.

Dijelaskan Charles, sebanyak 25 ton kentang dalam satu kontainer asal Skotlandia dimusnahkan oleh Balai Karantina Kelas 1 Semarang, tahun lalu. Hal tersebut lantaran kentang tersebut mengandung bakteri Pectobacterium atrosepticum yang tidak pernah ada di Indonesia.

Sebelum dimusnahkan dengan cara dibakar, puluhan ton kentang asal Skotlandia yang diturunkan dari tiga truk di kantor pemusnahan Balai Karantina Kelas 1 Semarang di Karangroto, Genuk Semarang, kemudian ditumpuk dalam lubang sebesar 5×10 meter kedalaman 5 meter yang telah dipersiapkan di tanah kosong belakang kantor. Setelah ditumpuk merata, lima pekerja langsung menutup dengan kulit padi dan menyiramnya dengan minyak solar.

Dalam hitungan detik Kepala Balai Karantina Kelas 1 Semarang Wawan Sutian bersama dua petugas langsung menyulutkan api ke tumpukan kentang tersebut. Api pun berkobar membakar 25 ton kentang asal Skotlandia, dan setelah terlihat gosong, petugas kembali menimbun dengan tanah hingga rata.

Wawan mengatakan puluhan ton kentang asal Skotlandia tersebut merupakan hasil operasi pada Februari 2019, kentang yang rencananya untuk budi daya tersebut sengaja dimusnahkan karena mengandung bakteri Pectobacterium atrosepticum yang belum ada di Indonesia. “Ada bintik hitam di bagian dalam, sedangkan di bagian luar kulit mulai tumbuh akar yang juga menghitam,” ujar Wawan.

Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium, lanjut Wawan, kentang dinyatakan cukup berbahaya karena dapat menular ke benih kentang lainnya, sehingga pemilik (importir) diberikan dua opsi yakni mengembalikan ke negara asal atau dimusnahkan. Pemilik pun memutuskan dimusnahkan karena pertimbangan efesiensi dan biaya. “Tugas kita adalah memastikan barang pertanian itu aman, karena jika dibiarkan dapat membahayakan dan belum ada penangkalnya,” tuturnya.

Pemusnahan bibit kentang asal Skotlandia yang diduga mengandung bakteri

Wawan pun menegaskan Kementerian Pertanian melalui Balai Karantina Kelas 1 Semarang telah mengirimkan surat protes kepada Skotlandia dan kedutaan, terkait dengan masuknya benih kentang berbakteri tersebut. Sehingga ke depan tidak akan ada lagi pengiriman benih kentang yang mengandung bakteri.

Adakah bibit kentang dari Skotlandia yang ditanam petani kentang Tele, Samosir itu terkena virus? Masih sulit menjawabnya. Seperti dikatakan Royandi Hutasoit, petani kentang Warga Desa Hariarapintu, Tele, mengatakan petani kentang menerima bibit ini awalnya percaya saja dengan kehadiran bibit ini. “Apalagi, pihak pemberi bibit datang ke daerah kami dibawa oleh pihak Pembak Samosir, kami yakinlah bahwa bibitnya ini bagus,” kata Royandi Hutasoit.

Atas kegagalan panen itu, Ketua Umum Sihar Sitorus Center, Charles Panjaitan, berharap kepada pihak pihak terkait, seperti balai karantina benih, dan dinas pertanian dari Sumut dan Kabupaten Samosir, segera tanggap dan melakukan pemeriksaan yang holistik agar diketahui secara laboratorium forensik penyebab tak tumbuh dan membusuk bibit yang berasal dari Skotlandia itu. “Apakah ada hubungan dengan yang di Semarang, mengandung bakteri Pectobacterium atrosepticum atau tidak. Supaya jelas. Karena warga sudah dipastikan merugi atas gagal panen ini,” ujar Charles Panjaitan.

Apalagi faktanya, kata Charles, bibit kentang sejenis beredar selain di Samosir juga di Humbahas dan Dairi. Jadi, jika hasil pemeriksaan ternyata mengandung bakteri atau tidak, bisa segera diantisipasi agar tak meluas jika mengandung bakteri.

Menurut Royandi, bibit jenis ini sudah dua kali datang, dibagikan oleh PT Wings. Sejauh ini ada sekitar 50 ton sudah tersebar di masyarakat di Samosir, dan di luar Samosir. Petani dalam hal ini diutangkan oleh pihak pemberi, dengan catatan akan dibayar setelah panen. Sejauh ini ada 20 ton yang sudah dipastikan gagal panen. Karena tidak tumbuh, diduga karena bibit yang bersangkutan kena virus. Maka langkah antisipasi harus segara dilaksanakan.

Tags
Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close